Rabu, 09 November 2016

Tugas Kritik Arsitektur




Kritik Normatif

Kritik normatif adalah mengkritisi sesuatu baik abstrak maupun konkrit sesuai dengan norma, aturan, ketentuan yang ada.

Hakikat Kritik normatif :

 Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.

 Melalui suatu prinsip, keberhasilan kualitas lingkungan buatan dapat dinilai.

 Suatu norma tidak saja berupa standard fisik yang dapat dikuantifikasi, tetapi juga non fisik yang kualitatif.

Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.

Dan karena kompleksitas, abstraksi dan kekhususannya kritik normative perlu dibedakan dalam metode sebagai berikut :

 Metode Doktrin (satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur)











WISMA DHARMALA JAKARTA

p05-a-1_0.img_assist_custom.JPGDidirikan tahun 1986 oleh arsitek Paul Rudolph. Rudolph terinspirasi dari bentuk atap-atap di Indonesia yang memiliki overstek karena merespon iklim tropisnya sehingga apabila di dalam gedung tidak akan secara langsung diterpa cahaya matahari. Terdapat pula void yang cukup besar sehingga udara sejuk masih terasa di dalanya tanpa kehujanan saat merasakannya. Bahkan di perencanaan awal, bangunan ini sebenarnya tidak perlu menggunakan pendingin ruangan. Namun seiring berjalannya waktu dan efek rumah kaca ttelah memberi panas yang cukup parah dan tidak menentu, akhirnya bangunan ini menggunakan pendingin ruangan. Namun pada koridor hal tersebut masih tidak diperlukan karena udara sejuk masih dapat masuk. Pencahayaan lampu pada siang hari juga tidak terlalu diperlukan pada koridor karena cahaya matahari masih dapat masuk tanpa pengguna merasa terik maupun kehujanan.

Dharmala_03_smallWilayah tropis ada yang berhasil diterapkan secara praktis seperti pada Façade gedung “Wisma Dharmala Sakti” dan pemasangan Kanopi tambahan seperti sirip-sirip pada gedung “Arthaloka”. Sirip-sirip kanopi Wisma Dharmala Sakti ini membuktikan bahwa konsep dan Façade bangunan gedung tinggi di Indonesia bukan berarti tidak bisa menerapkan konsep Arsitektur Tropis.

Arsitektur tropis adalah konsep yang masih dapat diaplikasikan pada gedung/ bangunan tinggi seperti pada Desain dan Façade gedung Wisma Dharmala. Serta usaha pemasangan kanopi tambahan pada beberapa unit gedung untuk beradaptasi dengan iklim tropis setempat. Wisma Dharmala Sakti memiliki gaya arsitektur post modern, sehingga bangunan ini menjadi landmark bangunan di sekitarnya. Dari bentuknya bangunan ini terlihat tidak monoton dengan mempermainkan lekukan pada fasadnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar