Kritik Normatif
Kritik normatif
adalah mengkritisi sesuatu baik abstrak maupun konkrit sesuai dengan norma,
aturan, ketentuan yang ada.
Hakikat Kritik normatif :
Hakikat kritik normatif
adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun,
bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola,
standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
Melalui suatu prinsip,
keberhasilan kualitas lingkungan buatan dapat dinilai.
Suatu norma tidak saja berupa
standard fisik yang dapat dikuantifikasi, tetapi juga non fisik yang
kualitatif.
Norma juga berupa sesuatu yang
tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan
sebagai sebuah benda konstruksi.
Dan karena
kompleksitas, abstraksi dan kekhususannya kritik normative perlu dibedakan
dalam metode sebagai berikut :
Metode Doktrin (satu
norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur)
WISMA DHARMALA JAKARTA
Didirikan
tahun 1986 oleh arsitek Paul Rudolph. Rudolph terinspirasi dari bentuk atap-atap
di Indonesia yang memiliki overstek karena merespon iklim tropisnya sehingga
apabila di dalam gedung tidak akan secara langsung diterpa cahaya matahari.
Terdapat pula void yang cukup besar sehingga udara sejuk masih terasa di
dalanya tanpa kehujanan saat merasakannya. Bahkan di perencanaan awal, bangunan
ini sebenarnya tidak perlu menggunakan pendingin ruangan. Namun seiring
berjalannya waktu dan efek rumah kaca ttelah memberi panas yang cukup parah dan
tidak menentu, akhirnya bangunan ini menggunakan pendingin ruangan. Namun pada
koridor hal tersebut masih tidak diperlukan karena udara sejuk masih dapat
masuk. Pencahayaan lampu pada siang hari juga tidak terlalu diperlukan pada
koridor karena cahaya matahari masih dapat masuk tanpa pengguna merasa terik
maupun kehujanan.
Wilayah
tropis ada yang berhasil diterapkan secara praktis seperti pada Façade gedung
“Wisma Dharmala Sakti” dan pemasangan Kanopi tambahan seperti sirip-sirip pada
gedung “Arthaloka”. Sirip-sirip kanopi Wisma Dharmala Sakti ini membuktikan
bahwa konsep dan Façade bangunan gedung tinggi di Indonesia bukan berarti tidak
bisa menerapkan konsep Arsitektur Tropis.
Arsitektur tropis adalah konsep yang masih dapat diaplikasikan pada
gedung/ bangunan tinggi seperti pada Desain dan Façade gedung Wisma Dharmala.
Serta usaha pemasangan kanopi tambahan pada beberapa unit gedung untuk
beradaptasi dengan iklim tropis setempat. Wisma Dharmala Sakti memiliki gaya
arsitektur post modern, sehingga bangunan ini menjadi landmark bangunan di
sekitarnya. Dari bentuknya bangunan ini terlihat tidak monoton dengan
mempermainkan lekukan pada fasadnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar