Selasa, 04 April 2017

KONSERVARSI ARSITEKTUR


BAB I

PENDAHULUAN

1.      Raya Bogor Kebun



Kebun Raya Bogor atau Kebun Botani Bogor adalah sebuah kebun botani besar yang terletak di Kota Bogor, Indonesia. Luasnya mencapai 87 hektaree dan memiliki 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Saat ini Kebun Raya Bogor ramai dikunjungi sebagai tempat wisata, terutama hari Sabtu dan Minggu. Di sekitar Kebun Raya Bogor tersebar pusat-pusat keilmuan yaitu Herbarium Bogoriense, Museum Zoologi Bogor, dan pustaka.



Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari 'samida' (hutan buatan atau taman buatan) yang paling tidak telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka. Di samping samida itu dibuat pula samida yang serupa di perbatasan Cianjur dengan Bogor (Hutan Ciung Wanara). Hutan ini kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk dari Kesultanan Banten, hingga Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan di salah satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18.



Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang.





Pada tahun 1814 Olivia Raffles (istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles) meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya didirikan di Kebun Raya Bogor.



Ide pendirian Kebun Raya bermula dari seorang ahli biologi yaitu Abner yang menulis surat kepada Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen. Dalam surat itu terungkap keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan kebun tumbuhan yang berguna, tempat pendidikan guru, dan koleksi tumbuhan bagi pengembangan kebun-kebun yang lain.



Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt adalah seseorang berkebangsaan Jerman yang berpindah ke Belanda dan menjadi ilmuwan botani dan kimia. Ia lalu diangkat menjadi menteri bidang pertanian, seni, dan ilmu pengetahuan di Jawa dan sekitarnya. Ia tertarik menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan. Ia memutuskan untuk mengumpulkan semua tanaman ini di sebuah kebun botani di Kota Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg (dari bahasa Belanda yang berarti "tidak perlu khawatir"). Reinwardt juga menjadi perintis di bidang pembuatan herbarium. Ia kemudian dikenal sebagai seorang pendiri Herbarium Bogoriense.



Pada tahun 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt sendiri, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent (dari Kebun Botani Kew yang terkenal di Richmond, Inggris).









Sekitar 47 hektaree tanah di sekitar Istana Bogor dan bekas samida dijadikan lahan pertama untuk kebun botani. Reinwardt menjadi pengarah pertamanya dari 1817 sampai 1822. Kesempatan ini digunakannya untuk mengumpulkan tanaman dan benih dari bagian lain Nusantara. Dengan segera Bogor menjadi pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Pada masa itu diperkirakan sekitar 900 tanaman hidup ditanam di kebun tersebut.



Pada tahun 1822 Reinwardt kembali ke Belanda dan digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang melakukan inventarisasi tanaman koleksi yang tumbuh di kebun. Ia juga menyusun katalog kebun yang pertama berhasil dicatat sebanyak 912 jenis (spesies) tanaman. Pelaksanaan pembangunan kebun ini pernah terhenti karena kekurangan dana tetapi kemudian dirintis lagi oleh Johannes Elias Teysmann (1831), seorang ahli kebun istana Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Dengan dibantu oleh Justus Karl Hasskarl, ia melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi dengan mengelompokkan menurut suku (familia).



Teysmann kemudian digantikan oleh Dr. Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer pada tahun 1867 menjadi direktur, dan dilanjutkan kemudian oleh Prof. Dr. Melchior Treub. Pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dari sini lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), dan Museum dan Laboratorium Zoologi (1894).



Pada tanggal 30 Mei 1868 Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah pengurusannya dengan halaman Istana Bogor. ada mulanya kebun ini hanya akan digunakan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan ke Hindia Belanda (kini Indonesia). Namun pada perkembangannya juga digunakan sebagai wadah penelitian ilmuwan pada zaman itu (1880 - 1905).







BAB II

PENDAHULUAN

2.      Konservasi



Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, (Inggris)Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya.



Konservasi Arsitektur

 Konservasi arsitektur adalah penyelamatan suatu obyek/bangunan sebagai bentuk apreasiasi pada perjalanan sejarah suatu bangsa, pendidikan dan pembangunan wawasan intelektual bangsa antar generasi.



          Dalam Burra Charter konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik. Pengertian ini sebenarnya perlu diperluas lebih spesifik yaitu pemeliharaan morfologi (bentuk fisik) dan fungsinya. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut. Bila dikaitkan dengan kawasan maka konservasi kawasan atau sub bagian kota mencakup suatu upaya pencegahan adanya aktivitas perubahan sosial atau pemanfaatan yang tidak sesuai dan bukan secara fisik saja.





Pada awalnya konsep konservasi terbatas pada pelestarian bendabenda/monumen bersejarah (biasa disebut preservasi). Namun konsep konservasi tersebut berkembang, sasarannya tidak hanya mencakup monumen, bangunan atau benda bersejarah melainkan pada lingkungan perkotaan yang memiliki nilai sejarah serta kelangkaan yang menjadi dasar bagi suatu tindakan konservasi.



Menurut Sidharta dan Budihardjo (1989), konservasi merupakan suatu upaya untuk melestarikan bangunan atau lingkungan, mengatur penggunaan serta arah perkembangannya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan masa mendatang sedemikian rupa sehingga makna kulturalnya akan dapat tetap terpelihara.

           

Menurut Danisworo (1991), konservasi merupakan upaya memelihara suatu tempat berupa lahan, kawasan, gedung maupun kelompok gedung termasuk lingkungannya. Di samping itu, tempat yang dikonservasi akan menampilkan makna dari sisi sejarah, budaya, tradisi, keindahan, sosial, ekonomi, fungsional, iklim maupun fisik (Danisworo, 1992). Dari aspek proses disain perkotaan (Shirvani, 1985), konservasi harus memproteksi keberadaan lingkungan dan ruang kota yang merupakan tempat bangunan atau kawasan bersejarah dan juga aktivitasnya.



Konservasi dengan demikian sebenarnya merupakan pula upaya preservasi namun dengan tetap memanfaatkan kegunaan dari suatu tempat untuk menampung/memberi wadah bagi kegiatan yang sama seperti kegiatan asalnya atau bagi kegiatan yang sama sekali baru sehingga dapat membiayai sendiri kelangsungan eksistensinya. Dengan kata lain konservasi suatu tempat merupakan suatu proses daur ulang dari sumber daya tempat tersebut.









TUJUAN KONSERVASI



Menurut David Poinsett, Preservation News (July, 1973. p5-7), keberadaan preservasi objek-objek bersejarah biasanya mempunyai tujuan :



Pendidikan

Peninggalan objek-objek bersejarah berupa benda-benda tiga dimensi akan memberikan gambaran yang jelas kepada manusia sekarang, tentang masa lalu, tidak hanya secara fisik bahkan suasana dan semangat masa lalu.



Rekreasi

Adalah suatu kesenangan tersendiri dalam mengunjungi objek-objek bersejarah karena kita akan mendapat gambaran bagaimana orang-orang terdahulu membentuk lingkungan binaan yang unik dan berbeda dengan kita sekarang.



Inspirasi

Patriotisme adalah semangat yang bangkit dan tetap akan berkobar jika kita tetap mempertahankan hubungan kita dengan masa lalu, siapa kita sebenarnya, bagaimana kita terbentuk sebagai suatu bangsa dan apa tujuan mulia pendahulu kita. Preservasi objek bersejarah akan membantu untuk tetap mempertahakan konsep-konsep tersebut.



Eknomi

Pada masa kini objek-objek bersejarah telah bernilai ekonomi dimana usahausaha untuk mempertahan bangunan lama dengan mengganti fungsinya telah menjadi komoditas parawisata dan perdagangan yang mendatangkan keuntungan.


BAB III

GAMBARAN KAWASAN DAN CAGAR BUDAYA

Pemerintah kota Bogor, Jawa Barat seakan terus memperbaiki infrastrukturnya. Baru-baru ini, Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto meresmikan jalur pedestrian Kebun Raya Bogor atau jalur pejalan kaki di kawasan Kebun Raya Bogor.

Sekilas tentang Pedestrian Kebun Raya Bogor Pedestrian Kebun Raya Bogor baru diresmikan tanggal 15 Januari 2017. Kehadiran infrastruktur trotoar seputar Kebun Raya dan Istana Bogor ini diharapkan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan untuk datang ke kota hujan.Respons yang Menyelimuti Pedestrian Kebun Raya Bogor

Kehadiran Pedestrian Kebun Raya Bogor tak hanya menuai respons positif, namun ada juga beberapa respons negatif mengenai kurangnya kenyamanan fasilitas publik ini. Respons negatif datang dari beberapa masyarakat yang menganggap jika beberapa titik di jalur pedestrian ini masih terhalang tiang rambu-rambu lalu lintas, lampu penerangan jalan umum, pelican crossing, dan hydrant atau pipa pemadam kebakaran hingga pohon.

Tak hanya itu, minimnya zebra cross dan jembatan penyeberangan orang (JPO) juga menjadi respons negatif selanjutnya. Meskipun respons negatif tetap menyelimuti jalur Pedestrian Kebun Raya Bogor ini, namun kamu tak boleh lupa manfaat yang coba diusung pemerintah kota Bogor. Trotoar yang berada di pusat kota yang mengelilingi istana dan kebun raya ini punya manfaat yang jelas baik dan positif, seperti sebagai sarana untuk lari, jogging, bersepeda, serta aktivitas olahraga lainnya.

Image result for pedestrian kebun raya bogor

Gambar 3.1 pedestrian kebun raya



3.1 Kawasan Arsitektur Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor adalah landmark kota Bogor, tepat berada ditengah – tengah kota Bogor dengan dikelilingi oleh bangunan – bangunan bersejarah, bangunan modern atau bangunan komersial, diantaranya adalah :

1. Sekolah Regina Pacis

2. Gereja Katedral Bogor

3. Kantor Pos Juanda

4. Hotel Salak Bogor

5. Lapangan Sempur  

Image result for map  kota bogor
6. Museum Zoologi

Gambar 3.1.1  peta kota bogor



3.2 Elemen Arsitektural Dalam Bangunan Kebun Raya Bogor

Ada beberapa bangunan yang sejak jaman belanda sudah ada atau peninggalan jaman belanda, contohnya adalah

















1.      Sekolah Regina Pacis


Gambar 3.2 Sekolah Regina Pacis





Sekolah Regina Pacis Bogor merupakan sekolah yang didirikan pada bulan Juli 1955 di dalam lingkup Keuskupan Bogor. Beralamat di Jl. Ir. H. Juanda no 2, Bogor, Bangunan ini ditandai dengan fasad dan bentukan bangunan bergaya pra sejarah seperti di jaman belanda.



2.      Gereja Katedral Bogor




Gambar 3.4 Gereja Katedral Bogor



Gereja Katedral yang berlokasi di Jalan Kapten Muslihat, di pertigaan pangkal jalan sebelum Taman topi dan di samping bangunan SMP/SMA 1 Bogor dibangun 1896. Sedangkan Gereja Zebaoth yang juga populer disebut “gereja ayam” karena patung ayam di puncak menaranya ini dibangun tahun 1920 dan pada tahun 1948 dialihkan ke Sinode GPIB dari kepengurusan Belanda.




3.      Kantor Pos Juanda

Gambar 3.5 Kantor Pos Juanda





kantor pos ini berada di Jalan Juanda, Bogor. Kantor pos ini juga merupakan kantor pos besar/utama di Bogor sejak dulu hingga sekarang.  Kantor Pos besar ini dulu adalah Gereja pertama di Kota Bogor (Buitenzorg) , dibangun tahun 1845 dan digunakan bergantian oleh pemeluk Katolik maupun Protestan. Namun karena sudah banyak penduduk dan masing-masing membuat gereja sendiri yaitu Gereja Katedral untuk Katolik dan Gereja Zebaoth untuk Protestan di lokasi yang tidak jauh, maka Pemerintah Belanda menjadikannya kantor pos.



4.      Hotel Salak




Gambar 3.6 Hotel Salak



Hotel Salak The Heritage yang dibangun pada tahun 1856 dengan nama Hotel Dibbets. Dibbets merupakan nama pengusaha asal Belanda yang memiliki hubungan dengan pejabat-pejabat di Istana Bogor.



5.      Lapangan Sempur


Gambar 3.7 Lapangan Sempur



Sebelum tahun 1900-an, Sempur adalah sebuah kawasan yang dinamakan Kedung Halang dan mencakup Sempur Kidul, Sempur Kaler, Kampung Rambutan, Lebak Pilar, Taman Kencana serta beberapa daerah di sekitarnya. Sempur adalah sebuah kawasan pengembangan dari pemukiman Belanda yang pada awalannya terpusat pada Istana Bogor dan selalu meluas ke lokasi-lokasi yang ada disekitarnya. Pada waktu itu Sempur memang merupakan sebuah tempat kosong. Lapangan yang membentang luas di antara lokasi perbukitan yang mengarah ke Timur menuju Taman Kencana, Kebun Raya di samping Selatan, serta dearah Jalan Soedirman dari arah Barat yang dibelah oleh Sungai Ciliwung.



6.      Museum Zoologi


Gambar 3.8 Museum Zoologi



Museum ini didirikan tahun 1894 bernama Landbouw Zoologisch Laboratorium, digagas oleh J.C. Koningsberger, ahli botani jerman. Pada tahun 1906, museum ini berubah nama menjadi Zoologisc Museum and Wekplaats, dan empat tahun kemudian, berganti lagi menjadi Zoologisch Museum en



BAB IV

SARAN DAN KESIMPULAN



Berdasarkan uraian diatas baik dari informasi yang digali dari berbagai sumber hasil penelitian, maka di kawasan kota tua menunjukkan fakta bahwa sebagai kawasan yang terletak di pusat kota yang menjadi cikal bakal linkungan sekitar kebun raya yang sebagian aktivitas kawasannya ditinjau dari aspek fisik bangunan dan kawasan, sosial, budaya dan perekonomian yang sebagian masih bertahan dengan citra kawasan yang tercipta sekarang dengan perkembangan kotanya. Ciri-ciri yang tampak adalah adanya aktivitas para pelaku di kawasan tersebut dengan style dan gaya terkini, bergeser dari fungsi awal kawasan tersebut, begitu pula dengan beberapa bangunan-bangunan di kawasan ini telah terevitalisasi dengan fungsinya yang dibutuhkan oleh masyarakat kota sekarang. 



Pada awalnya, proses konservasi yang dilakukan dimulai dengan melihat permasalahan: Bagaimana menjadikan kembali kawasan kebun raya  sebagai kawasan yang responsif terhadap perkembangan kota, juga menaikkan nilainilai kelayakan visual yang terdapat di dalamnya tetapi juga dapat mempertahankan sifatnya sebagai kawasan ekonomi dan perdagangan. Adanya beberapa fakta terjadinya proses kebertahanan kawasan dalam berbagai aspek, terutama dari aspek fisik kawasan, Untuk pembenahan visual dan fisik, metode Context and Contrast atau dengan pendekatan harmonis atau kontras lebih dapat digunakan.

 Penelitian ini sementara menghasilkan/menemukan tiga Konsep Ruang, yakni: Konsep Ruang Interaksi Masyarakat, Konsep Ruang Pentas Temporer dan Konsep Ruang Ekonomi dan Perdagangan.




Rabu, 04 Januari 2017

ARSITEKTUR KOLONIAL

Arsitektur Hindia Baru ( kolonial )
 (bahasa Belanda: Nieuwe Indische Bouwstijl) adalah gaya arsitektur modern yang diperkenalkan di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) antara akhir abad ke-19 sampai abad ke-20 sebelum Perang Dunia II. Arsitektur Hindia Baru pada dasarnya merupakan aristektur (barat) modern awal (contoh lainnya adalah Rasionalisme dan Art Deco) yang menggabungkan elemen arsitektur lokal, seperti pinggiran atap yang besar atau atap yang menjulang, agar sesuai dengan iklim tropis di Indonesia.
Meski Hindia Baru mengacu pada aliran Rasionalisme Belanda yang muncul di Indonesia tahun 1910-an, istilah ini sengaja diseragamkan untuk semua gaya arsitektur antara akhir abad ke-19 dan abad ke-20 sebelum Perang Dunia II agar mewakili berbagai gaya arsitektur modern awal.


Usaha menggabungkan arsitektur Belanda dengan arsitektur lokal Indonesia sudah dimulai sejak abad ke-18. Perawatan bangunan bergaya Belanda abad ke-17 yang mahal di kawasan tropis memaksa Belanda untuk mengikuti arsitektur pribumi Indonesia. Usaha pertama diwujudkan lewat rumah-rumah desa Hindia Belanda abad ke-18 dan 19. Dalam dunia akademik, gaya ini dikenal dengan sebutan Gaya Indo-Eropa (Indo-Europese) atau Gaya Hindia (Indisch Stijl), kadang disebut juga Gaya Hindia Lama (Oud Indische Stijl) untuk membedakannya dengan gaya baru.
Kelahiran Arsitektur Hindia Baru berhubungan dengan datangnya bahan bangunan baru, munculnya Modernisme, dan pelaksanaan Undang-Undang Agraria tahun 1870 di Jawa. Undang-undang ini membuka Pulau Jawa kepada warga asing yang hendak mendirikan perusahaan swasta di Hindia Belanda. Jenis bangunan, pengembangan, dan standar baru harus diterapkan di Hindia Belanda.


Pemerintah kolonial Hindia Belanda, di bawah Departement voor Burgerlijke Openbare Werken (Departemen Pekerjaan Umum), menyusun standar pembangunan gedung baru (seperti rumah sakit, sekolah, balai kota, dan sarana publik lainnya) yang disesuaikan dengan iklim lokal (tropis) demi mengurangi biaya pembangunan dan perawatan bangunan. Salah satu contoh bangunan tropis

Pemerintah kolonial Hindia Belanda, di bawah Departement voor Burgerlijke Openbare Werken (Departemen Pekerjaan Umum), menyusun standar pembangunan gedung baru (seperti rumah sakit, sekolah, balai kota, dan sarana publik lainnya) yang disesuaikan dengan iklim lokal (tropis) demi mengurangi biaya pembangunan dan perawatan bangunan. Salah satu contoh bangunan tropis pertama adalah Kantor Pelabuhan di Semarang yang dibangun pada awal abad ke-19.

Arsitektur Hindia Baru juga dipengaruhi oleh generasi baru arsitek Belanda yang dilatih di Belanda dan memperkenalkan Modernisme di Hindia Belanda. Pada tahun 1910-an, sejumlah arsitek Belanda mulai bereksperimen dengan bahan baru dalam pembuatan bangunan Belanda tradisional berarsitektur tropis. Uji coba ini menjembatani perubahan arsitektur dari Tradisionalis ke Modernis di Hindia Belanda.

Pada tahun 1920-an dan 1930-an, Modernisme bangkit di Hindia Belanda. Ciri khasnya meliputi atap datar dan bentuk kubus tanpa mempertimbangkan iklim tropis. Ornamentasi Art Deco kadang disertakan ke dalam desain bangunan. Albert Frederik Aalbers merupakan salah seorang arsitek Modernis di Indonesia sebelum Perang Dunia II. Karya-karyanya ditandai oleh atap fungsionalis yang kadang dihiasi garis lengkung dan ketiadaan ornamentasi luar dan hiasan lainnya

Pada saat yang sama, nasionalisme mendorong pencarian gaya arsitektur baru, gaya yang mewakili identitas budaya Hindia Belanda. Sejumlah arsitek mulai menguatkan etos Modernis dengan menggabungkan elemen arsitektur pribumi sehingga menciptakan arsitektur modern Indonesia yang khas. Maclaine Pont dan Thomas Karsten adalah arsitek utama dari aliran baru ini.